
Melupakan bahwa ada tangan-Nya yang mampu menolong kita, yang masih menyayangi kita, yang masih memberikan kita kesempatan untuk beramal walau amalan itu hanya berbentuk amalan hati, yaitu bersabar dan berlapang dada.
Meskipun kita (di saat merasa lemah) hanya mampu bersabar, jangan dikira itu tak bernilai. Justru di situlah kita bisa mendapatkan pahala tanpa batas, dosa-dosa yang berguguran, dan nikmat-nikmat yang lain asalkan kita mampu memadukan sabar dengan syukur. Dengan begitu, akan ada banyak hikmah yang tergali dan tampak oleh kita yang bisa saja tersembunyi ketika pikiran negatif yang mendominasi.
Segala hal yang kita nilai itu adalah kebahagiaan ataupun kesedihan, pada hakikatnya tergantung dari pikiran kita. Jika senantiasa berusaha untuk berbaik sangka pada-Nya, InsyaAllah setiap detik yang kita lewati akan dirasakan sebagai kebahagiaan. Begitu pun sebaliknya.
Jika saat ini kita merasa “ditinggalkan” oleh teman-teman kita dalam mengerjakan amanah komunal, tetaplah berprasangka baik kepada teman-teman kita dan juga kepada Allah. Barangkali teman kita tersebut sedang menjalani amanah yang lebih berat dari kita atau lebih besar dampaknya jika tidak diprioritaskan. Dan mungkin juga Allah hendak memberi kita ladang amal, ladang ilmu, dan kesempatan untuk bisa memperkuat ukhuwah dengan teman-teman yang masih bersama-sama dengan kita dalam amanah tersebut. Atau barangkali juga, Allah ingin supaya kita lebih dekat pada-Nya, memohon kekuatan pada-Nya dalam mengerjakan amanah tersebut di saat yang lain “meninggalkan” kita.
Dan pada akhirnya, sungguh beruntung menjadi seorang muslim, setiap waktunya bisa dirasakan sebagai sebuah kebahagiaan. Bila mendapat cobaan, ia bersabar dan dengan kesabarannya itu ia akan mendapatkan ampunan, kasih sayang, dan pahala yang berlimpah dari-Nya. Bila mendapat kesenangan, ia bersyukur dan karena itu, akan bertambah lagi nikmat-nikmat dari-Nya.
No comments:
Post a Comment